post image
Buah Cempedak potensial dikembangkan sebagai panganan untuk oleh-oleh dari Kota Rantauprapat.
KOMENTAR
Orang banyak mengenal Rantauprapat, ibu kota Kabupaten Labuhan Batu (sekitar 260 km dari Medan), sebagai Petro Dollar karena luasnya areal perkebunan karet dan sawit.

Tapi tahukah anda jika kota ini juga produsen buah Cempedak. Buah yang konon masih turunan buah Nangka itu, sejak dahulu sangat mudah ditemui di sentra perkebunannya di kawasan Aek Tapa, kecamatan Rantau Selatan, Labuhanbatu.

Tapi, berbilang tahun, di Aek Tapa sendiri pohonan buah Cempedak semakin menipis akibat dampak dari pertambahan hunian dan kebutuhan material bahan bangunan. Soalnya batang pohon Cempedak bisa diolah menjadi kayu material dasar pembuatan kosen rumah.

Padahal, buah Cempedak ini cukup diminati. Pasalnya, rasa dan aromanya yang khas sangat disukai. Belum lagi, turunan dari buah ini dapat menjadi berbagai jenis panganan. Sehingga, memberi potensi pengembangan usaha kecil menengah (UKM) bagi warga Labuhanbatu.

Cempedak sendiri masuk dalam kategori buah musiman yang hanya dapat dipanen setahun sekali. Ia memiliki berbagai jenis komoditas. Misalnya saja, Cempedak jingga, Cempedak merah, Cempedak kuning dan Cempedak putih.

Diantara keempat jenis ini, Cempedak jingga menjadi komoditi terlaris di pasaran. "Untuk hasil penjualan tertinggi masih pada Cempedak jingga," jelas Joko, seorang pedagang buah Cempedak musiman, di kawasan Jalan SM Raja, Rantauprapat.

Meski Joko anak perantauan dari kota Medan, tapi dia memiliki keberanian berdagang buah Cempedak yang memiliki musim panen pada bulan November hingga Januari. Menurutnya, manis buah Cempedak memberi keuntungan baginya. "Cempedak cukup laris dan diminati warga kota Rantauprapat," katanya.

Joko mengaku, dalam sehari buah Cempedaknya terjual lebih dari 30 buah. Kalkulasi itu didapat dengan perbandingan penjualan pada musim Cempedak pada tahun 2011 lalu. "Rata-rata perhari cukup tinggi penjualannya. Minimal 30 buah perhari," jelasnya.

Kata dia, harga penjualan buah Cempedak di tempatnya bervariasi, sesuai jenis Cempedak dan ukurannya. Untuk jenis Cempedak jingga yang ukuran super, dia menjual dengan harga Rp 25 ribu perbuah. Sementara untuk jenis lainnya hanya Rp 15 ribu perbuah.

Meski masih mentah, buah Cempedak di tempatnya sudah cukup tinggi jumlah pemasarannya. Misalnya saja, ketika baru dipajang di tempat penjualannya, Cempedak mentah miliknya sudah laris sedikitnya enam buah. "Buah Cempedak ini masih mentah. Perlu disimpan untuk mematangkannya. Tapi, sudah banyak yang membeli," paparnya.

Menurut Joko, buah Cempedak potensial untuk dijadikan sebagai ole-ole (buah tangan -red) dari Labuhanbatu. Dan, pemasarannya juga tak jarang menembus pasar regional di Sumatera Utara. Misalnya, buah tersebut cukup laris pemasarannya hingga ke Lubuk Pakam dan Kota Medan. " Cempedak Labuhanbatu itu juga dipasarkan hingga ke Aceh," ungkap Joko.

Sementara itu, Zustan Efendi Rambe, salahseorang petani Cempedak di sentra perkebunan Cempedak di Lingkungan Aek Tapa, Rantau Selatan, Labuhanbatu mengakui dalam satu dekade terakhir, produksi cempedak daerah itu menurun sekitar 75 persen.

"Dibanding 10 tahun lalu, sekarang mungkin hanya tinggal 25 persen lagi jumlah pohon Cempedak," katanya. Tentu saja, kata dia dampak pembangunan perumahan warga dan kebutuhan material bahan bangunan.

Padahal, menurut dia, kebun Cempedak laik untuk dilestarikan dan dikembangkan. Sebab, selain pohon Cempedak merupakan jenis tanaman yang bagus untuk penghijauan, buah Cempedak juga memiliki potensi sebagai bahan dasar untuk pelbagai jenis panganan dan minuman segar.

Misalnya, daging buah Cempedak bagus untuk keripik dan jus. Sedangkan, biji Cempedak dapat dijadikan sebagai emping. "Banyak jenis makanan ringan yang dapat dihasilkan dari sebuah Cempedak," ulasnya.

Tak hanya itu, getah buah Cempedak juga berpotensi dikembangkan sebagai bahan perekat berkualitas tinggi. "Tapi, untuk ini masih butuh penelitian tersendiri," imbuhnya.

Dia menilai, pihak pemerintah setempat sebaiknya mulai melirik kembali potensi buah Cempedak di Labuhanbatu. Sehingga, dapat menjadi salahsatu icon daerah untuk dijadikan ole-ole dan pertanda seseorang yang melintas di kota Rantauprapat.

" Kami berharap buah Cempedak dan panganannya dapat dijadikan sebagai buah tangan dari kota Rantauprapat," kata Zustan Efendi Rambe. [ded/fajar harahap]

 



Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Ekonomi